Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) merupakan salah
satu tanaman bahan pangan yang penting di dunia, terluas keeempat setelah
gandum, padi dan jagung. Tanaman sorgum termasuk tanaman penghasil karbohidrat
yang paling mudah diusahakan. Tanaman ini mempunyai daerah adaptasi yang sangat
luas, toleran terhadap kekeringan, dapat menghasilkan walaupun ditanam pada
lahan marginal, dan resiko gagal oleh gangguan hama penyakit relatif kecil.
Tanaman sorgum merupakan tanaman serealia yang
potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri. Hal ini dimungkinkan,
karena tanaman sorgum mempunyai ragam manfaat yang tinggi. Biji sorgum dapat
dipakai untuk : (1) makanan pengganti
beras, bahan baku roti, industri makanan ringan; (2) bahan baku industri lem dan industri minuman (bir);
(3) bahan baku industri pakan ternak; (4) bahan baku untuk media jamur merang
(Mushroom) dan jamur kayu; (5) bahan baku untuk monosodium glutamate (MSG).
Sedangkan batang dan daun sorgum dapat dipakai untuk hijauan makanan ternak.
Sorgum manis dapat diproses menjadi gula atau bahan baku industri alkohol, dan
industri minyak.
TEKNIK BUDIDAYA
1. Penyiapan
lahan
Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga 2 kali
(tergantung kondisi tanah). Jika curah hujan masih cukup tinggi perlu dibuat
saluran drainase setiap 3 m, sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.
2. Penggunaan benih unggul
Varietas unggul sorgum antara lain : Numbu, Kawali,
Keris, dan Hegari Genjah. Benih bermutu
merupakan syarat terpenting dalam budidaya tanaman sorgum. Benih sehat dan
memiliki daya tumbuh minimal 90 %. Kebutuhan benih antara 10-15 kg/ha,
tergantung jarak tanam.
3.Penanaman
Populasi tanaman sorgum yang optimal antara 100.000-300.000
tanaman/ha. Jarak tanam yang optimal antara 75 cm x 25 cm; 75 cm x 20 cm,
masing-masing dengan 2-3 biji per lubang. Penanaman dapat dilakukan secara
tugal sedalam 3-5 cm. Pada umur 2 minggu pilihlah 2 batang per lubang tanaman
sorgum yang sehat, sedangkan tanaman yang lain dibuang.
4. Pemupukan
Pupuk kandang dengan dosis antara 5 – 15 ton/ha. Saat
tanam pupuk Urea 50-75 kg/ha + SP36 75-100 kg/ha+ KCl 50-75 kg/ha. Umur 30 hari
setelah tanam diberikan pupuk Urea 100-150 kg/ha. Pemupukan diberikan secara
ditugal pada setiap tanaman jarak 3-5 cm dari tanaman kemudian ditutup dengan
tanah.
5. Pemangkasan (Rotun)
Salah satu kelebihan tanaman sorgum dapat dipangkas
dan ditumbuhkan lagi (dirotun) setelah tanaman dipanen. Caranya sorgum yang
telah dipanen batangnya dipotong sisakan 5 cm dari permukaan tanah. Sehabis
dipotong bersihkan dari gulma, setelah tunas tumbuh pelihara seperti memelihara
pertanaman sebelumnya.Tunas yang baik adalah tunas yang tumbuh dari bagian
batang di dalam tanah.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan : penyiangan,
pembumbunan dan pengaturan drainase. Penyiangan fase pertumbuhan awal sangat
baik dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam pemanfaatan unsur hara dengan
tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan satu atau dua kali selama
periode tumbuh tanaman tergantung pertumbuhan gulma. Penyiangan pertama umur 7-10 hari setelah tanam. Penyiangan
kedua sekitar umur 1 bulan. Pembumbunan tanaman sorgum bertujuan untuk
memperkuat batang dan mempermudah pengairan apabila diperlukan, dilakukan pada
saat tanaman umur 4 – 5 minggu.
7. Pengendalian hama
Hama tanaman sorgum banyak menyerang bibit, akar,
batang, malai dan biji. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman sorgum
antara lain :
Belatung Aterigona (Atherigona sp.) menyerang
tanaman muda pada musim hujan. Tanaman yang terserang menjadi kerdil,
kekuningan dan terjadi pembusukan pada jaringan tanaman. Kematian tanaman
akibat kerusakan pada titik tumbuh. Pengendalian dengan insektisida yang
mengandung khlorpirifos dan karbofuran
Ulat Spodoptera (Spodoptera sp.) menyerang daun di
malam hari. Daun dimakan habis dan hanya tersisa tulang daunnya saja. Pada
siang hari larva tinggal di dalam tanah. Pengendalian dengan insektisida yang
mengandung khlorpirifos dan karbofuran.
Ulat Ostrinia sp (Ostrinia sp.), menggerek batang
dan merusak daun. Larva mulai makan jaringan daun, sehingga menyebabkan
timbulnya bercak putih. Bila larva menggerek pucuk daun yang masih menggulung
akan timbul gejala yang khas, terdapat beberapa lubang bekas coblosan dalam
barisan yang melintang pada daun. Larva yang lebih tua menggerek ke dalam
batang dan menyebabkan terbentuk lubang pada batang. Pengendalian dengan menggunakan Furadan 3 G
diberikan melalui pucuk sebelum berbunga (40 hari) dan diikuti Decis 25 EC.
Burung emprit, hama ini banyak memakan biji sorgum
terutama yang berwarna putih dan kebetulan yang disenangi petani juga berwarna
putih. Serangan hama burung sulit dikendalikan dan kerusakan dapat mencapai 100
%. Pengendalian dengan pemasangan sungkup kertas pada malai muda hingga panen,
namun biaya cukup tinggi
7. Pengendalian penyakit
Masalah
penyakit merupakan salah satu faktor pembatas produksi dan mutu benih
yang akan dihasilkan. Beberapa penyakit yang sering menyerang pertanaman sorgum
antara lain :
Busuk malai/biji (Grain mold ), menyerang pada saat
tanaman pada fase berbunga dan pengisian biji yang terjadi pada musim hujan.
Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis jamur dan dari isolasi, jamur
Fusarium (F. Moniliforme dan F. Semitectum) dan Curvularia lunata yang sering
ditemukan. Jamur-jamur tersebut merupakan parasit fakultatif yang disebarkan
melalui benih (seed borne). Untuk mencegah busuk malai (grain mold) ada 2 cara
yang ekonomis, yaitu (1) menanam varietas yang tahan/toleran, dan (2)
menghindari masa pembungaan, pengisian biji dan panen jatuh pada musim hujan.
Busuk merah (Anthracnose) menyerang pada musim
hujan, disebabkan oleh jamur Colletotrichum graminicolla. Gejala penyakit ini
dimulai dengan munculnya busuk merah pada daun, batang, tangkai, tangkai malai
dan biji. Untuk mencegah penyakit busuk malai ada 2 cara yang ekonomis, yaitu
(1) menanam varietas yang tahan/toleran, dan (2) menghindari masa pembungaan,
pengisian biji dan panen jatuh pada musim hujan.
Karat, merupakan penyakit tanaman sorgum yang
paling dominan, penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 bulan setelah tanam dan
menyerang daun-daun tua dan yang baru berkembang setelah malai menjelang masak.
Kerugian dapat mencapai 65 %. Jamur penyebab penyakit karat adalah : Puccinia
purpurea Cooke dan sinonimnya yaitu Uredo sorghi Pass, P. Sanguinea Diet, P.
Punicolor H.Syd dan Dicaloma purpureum Cooke. Pengendalian gunakan fungisida
sistemik, terutama sejak tanaman mulai berbunga dengan interval 7-10 hari.
8. Panen dan pasca panen
Panen dilakukan saat setelah benih mencapai masak
fisiologis kadar air antara 20-30 %, karena sifat biji sorgum yang mudah sekali
berkecambah maka waktu panen akan sangat menentukan kualitas hasil, jika panen
pada saat musim hujan biji sorgum dapat berkecambah di pohon.
Malai yang sudah tua dipotong 7,5-15 cm dari bagian
biji, kemudian diikat ukuran antara 20-30 kg, segera dijemur dengan memakai
alas, karena biji mudah rontok, jika sudah kering kadar air antara 15-20 %,
kemudian dirontok caranya malai dimasukkan pada karung kemudian dipukul pakai
alat pemukul hingga biji lepas dan ditampi dengan nyiru untuk memisahkan biji
dari kotoran/sisa tanaman. Setelah biji bersih dari kotoran kemudian dijemur
kembali untuk menurunkan kadar air hingga 10-13 % untuk disimpan.
http://agricenter.jogjaprov.go.id