Sebagai pemuda yang belum pernah
memiliki teman spesial alias pacar, tersirat dalam pikiran Hafidz keinginan untuk memiliki gadis
pujaan. Perasaan itu ditepisnya demi sebuah cita-cita sukses. Waktu terus
berjalan tak terasa ia telah memasuki semester 4 kuliah. Banyak gadis yang
datang untuk menarik perhatian Hafidz, namun dengan cara halus ia menolak.
Hafidz seorang pemuda yang memiliki
tutur kata dan kepribadian yang baik. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri
yang memberikan nilai lebih ia dibanding teman-temannya. Setiap teman yang
mengenalnya, merasakan sesuatu yang beda tentang Hafidz. Ia dapat menjadi teman
untuk sharing yang baik buat temannya laki-laki atau wanita.
Ia memiliki seorang sahabat spesial,
seorang gadis yang ceria. Zahro sahabat Hafidz yang juga teman sekampus waku
itu. Entah mengapa, ada kecocokan di antara mereka. Setiap kali bertemu mereka
larut dalam canda dan tawa. Inilah awal kedekatan diantara mereka.
Suatu hari Zahro menemui Hafidz,
dengan wajah yang penuh dengan tanda tanya. “Fidz aku bingung” Zahro berkata sambil menatap
begitu dalam ke arah Hafidz. Hafidz berkata “Bingung ??? bingung kenapa?” ia balik
bertanya dengan mimik wajah yang penuh tanda tanya. Zahro mendekat ke hadapan
Hafidz sambil meraih tangannya. Ia mengatakan kalimat “Aku aku, aku gak mau
kehilangan kamu”. Hafidz pun membisu seketika mendengar kalimat yang terucap
dari bibir Zahro. Ia tidak mau melukai perasaan Zahro tapi ia hanya menganggap
Zahro sebagai sahat baginya. Zahro menitikan air mata sambil menatap wajah
Hafidz. “Maafkan aku yang tidak bisa menahan rasa ini, aku telah merusak
persahabatan kita”.
Hafidz menarik nafas yang panjang mendengar
dan melihat tetesan air mata Zahro. Ia memutuskan untuk menjalani hubungan
mereka meskipun Zahro bukan wanita idamannya. Suasana membisu desiran suara
gesekan ranting pohon akibat tiupan
angin sebagai saksi peristiwa yang mengubah persahabatan antara Hafidz dan
Zahro menjadi cerita cinta yang penuh misteri.
Semenjak hari itu hari-hari Hafidz dan
Zahro berubah. Zahro merasa bahwa Hafidz telah menjadi miliknya. Ia pun mencurahkan
rasa cinta yang telah lama dipendam seiring persahatan mereka. Sementara Hafidz
terus menjalani hubungan mereka meskipun, bukan itu yang ia inginkan. Perhatian
demi perhatian Zahro tercurah kepada kekasih hatinya. Meskipun hafidz tidak
memiliki rasa yang sama seperti Zahro, namun ia terus memberi perhatian kepadanya
layaknya seperti pemuda yang begitu mencintai gadis idamannya.
Sesekali Zahro merasa ragu akan
ketulusan Hafidz selama ini. Pernah suatu hari waktu mereka sedang pergi ke
suatu tempat, Zahra bertanya kepada Hafidz. Dengan gayanya yang manja “Fidz
kamu sayangkan, cinta kan dengan aku?, sambil menghentikan langkah “ Jawab dong
Fidz kok diam aja”. Hafidz pun menjawab “Ia Hafidz juga sayang dengan Zahra”.
“lo kok Cuma gitu jawabnya ?” Zahro merasa tidak puas dengan jawaban Hafidz. Hafidz
mengalihkan pembicraan, Zahro pun larut dengan kebahagiannya saat menyusuri
jalan setapak menuju ke suatu tempat tujuan mereka.
Bersambung……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar