Senin, 20 Mei 2013

Maafkan Aku (Sebuah Cinta Palsu)



Matahari mulai meredup, tampak sinarnya menerpa dinding-dingding bandara. Sebuah bangunan megah di kota besar di salah satu pulau besar di Indonesia. Waktu itu pertamakalinya dia menginjakan kaki di pulau itu. Hafidz seorang pemuda biasa dari keluarga sederhana. Kala itu ia mencoba menimba ilmu di negeri seberang. Begitu berat ayah dan bunda melepas kepergiannya. Namun, berkat doa restu orang tua tercinta, Hafidz bisa melalui hari demi hari  menuntut ilmu.
Sebuah kampus indah nan hijau tempat menimba ilmu. Hari-harinya penuh semangat untuk belajar. Teman-teman se kampus menambah ceria meskipun rasa sedih yang mendalam ketika jauh dari ayah bunda serta saudara.
Sebagai pemuda yang belum pernah memiliki teman spesial alias pacar, tersirat dalam  pikiran Hafidz keinginan untuk memiliki gadis pujaan. Perasaan itu ditepisnya demi sebuah cita-cita sukses. Waktu terus berjalan tak terasa ia telah memasuki semester 4 kuliah. Banyak gadis yang datang untuk menarik perhatian Hafidz, namun dengan cara halus ia menolak.
Hafidz seorang pemuda yang memiliki tutur kata dan kepribadian yang baik. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri yang memberikan nilai lebih ia dibanding teman-temannya. Setiap teman yang mengenalnya, merasakan sesuatu yang beda tentang Hafidz. Ia dapat menjadi teman untuk sharing yang baik buat temannya laki-laki atau wanita.
Ia memiliki seorang sahabat spesial, seorang gadis yang ceria. Zahro sahabat Hafidz yang juga teman sekampus waku itu. Entah mengapa, ada kecocokan di antara mereka. Setiap kali bertemu mereka larut dalam canda dan tawa. Inilah awal kedekatan diantara mereka.
Suatu hari Zahro menemui Hafidz, dengan wajah yang penuh dengan tanda tanya. “Fidz  aku bingung” Zahro berkata sambil menatap begitu dalam ke arah Hafidz. Hafidz berkata  “Bingung ??? bingung kenapa?” ia balik bertanya dengan mimik wajah yang penuh tanda tanya. Zahro mendekat ke hadapan Hafidz sambil meraih tangannya. Ia mengatakan kalimat “Aku aku, aku gak mau kehilangan kamu”. Hafidz pun membisu seketika mendengar kalimat yang terucap dari bibir Zahro. Ia tidak mau melukai perasaan Zahro tapi ia hanya menganggap Zahro sebagai sahat baginya. Zahro menitikan air mata sambil menatap wajah Hafidz. “Maafkan aku yang tidak bisa menahan rasa ini, aku telah merusak persahabatan kita”.
Hafidz menarik nafas yang panjang mendengar dan melihat tetesan air mata Zahro. Ia memutuskan untuk menjalani hubungan mereka meskipun Zahro bukan wanita idamannya. Suasana membisu desiran suara gesekan ranting pohon akibat  tiupan angin sebagai saksi peristiwa yang mengubah persahabatan antara Hafidz dan Zahro menjadi cerita cinta yang penuh misteri.
Semenjak hari itu hari-hari Hafidz dan Zahro berubah. Zahro merasa bahwa Hafidz telah menjadi miliknya. Ia pun mencurahkan rasa cinta yang telah lama dipendam seiring persahatan mereka. Sementara Hafidz terus menjalani hubungan mereka meskipun, bukan itu yang ia inginkan. Perhatian demi perhatian Zahro tercurah kepada kekasih hatinya. Meskipun hafidz tidak memiliki rasa yang sama seperti Zahro, namun ia terus memberi perhatian kepadanya layaknya seperti pemuda yang begitu mencintai gadis idamannya.
Sesekali Zahro merasa ragu akan ketulusan Hafidz selama ini. Pernah suatu hari waktu mereka sedang pergi ke suatu tempat, Zahra bertanya kepada Hafidz. Dengan gayanya yang manja “Fidz kamu sayangkan, cinta kan dengan aku?, sambil menghentikan langkah “ Jawab dong Fidz kok diam aja”. Hafidz pun menjawab “Ia Hafidz juga sayang dengan Zahra”. “lo kok Cuma gitu jawabnya ?” Zahro merasa tidak puas dengan jawaban Hafidz. Hafidz mengalihkan pembicraan, Zahro pun larut dengan kebahagiannya saat menyusuri jalan setapak menuju ke suatu tempat tujuan mereka.

Bersambung……

Tidak ada komentar: