Minggu, 19 Mei 2013

MAKING DECISION IN PLANNING CURRICULLUM

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kurikulum  sebagaimana didefinisikan dalam bab pendahuluan, meliputi jumlah dari kegiatan belajar dan pengalaman bahwa seorang siswa memiliki arah menurut sekolah. Ini berarti bahwa sekolah harus bertanggung jawab untuk mengembangkan, merencanakan, dan mengimplementasikan kurikulum sesuai kebutuhan baik siswa dan masyarakat. Dengan demikian, proses pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan dan teknis harus mencerminkan pemikiran terbaik dari pendidik dan dilakukan secara sistematis dan teratur, Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979).

Sebelum kurikulum diaplikasikan dalam pembelajaran, tentu melalu berbagai proses yang rumit dan sistematis. Segala sesuatu sebelum kurikulum siap diaplikasikan harus melalui suatu proses perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik akan mendukung pelaksanaan baik, apapun bentuk kegiatannya. Setiap perencanaan dalam pengembangan kurikulum  selalu diawali dengan pengambilan keputusan, dimana keputusan ini akan menentukan di masa  mendatang.
Menurut Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), sebuah kurikulum apapun sebelum dapat ditawarkan, keputusan harus dibuat untuk melaksanakan kurikulum dan ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum keputusan dibuat. Selanjutnya dikatakan, keputusan harus terkait dengan kebijakan negara, penentuan prioritas, program pendidikan dan standar sleksi dan aspek lain dari keseluruhan kurikulum. Sehingga kurikulum pendidikan kejuruan dan teknik perlu mengikuti proses pengembabilan keputusan yang sistematis berdasarkan informasi akurat tentang  sekolah dan masarakat.

B.Tujuan

Pengambilan keputusan sebagai bagian integral dari perencanaan kurikulum sangat memegang peran kunci. Sehingga penekanan penekanan khsusu detempatkan pada proses pembuatan keputusan, nila pengambilan keputusan yang sistematis, efek filsafat dan faktor sosiopisiologi, pembentukan standar dan jenis data sehingga sampai pada pembuatan keputusan pada perencanaan kurikulum.

II.PEMBAHASAN

A.Membuat Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum


Membuat keputusan dalam perencanaan kurikulum harus melihat berbagai masalah yang timbul dalam pendidikan. Masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan secara langsung atau tidak langsung berimbas pada kurikulum. sehingga keputusan dalam perencanaan kurikulum harus memperhatikan berbagai masalah yang ada. Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), menjelaskan hubungan keputusan untuk pengembangan kurikulum dalam (Gambar 1.), dimana masalah yang berkembang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan atau keputusan operasional.
Perumusan Tujuan dan Sasaran
Perumusan Prosedur dan Strategi
Aplikasi    Adm. untuk Kurikulum
Hari demi Hari     Aplikasi ke Kurikulum 
Keputusan kebijakan dibagi menjadi dua area. Satu set dari keputusan kebijakan berfokus pada tujuan perumusan tujuan  dan sasaran untuk organisasi pendidikan. Tujuan ini harus melayani sebagai dasar untuk arah dari unit pendidikan dan dasar bagi pengembangan kurikulum. Aspek lain dari kebijakan keputusan terdiri dari masalah yang harus dipecahkan relatif terhadap penyusunan prosedur dan strategi yang diperlukan untuk keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran.
Keputusan yang dibuat pada tingkat operasional adalah tanggung jawab administrator dan / atau guru di lokasi seluruh organisasi pendidikan. Pengambil keputusan operasional, dalam beberapa contoh, butuh masukan dari orang tua, siswa, pemilih, pemimpin sipil, bisnis dan pemimpin industri, dan pembuatan kebijakan kelompok saat tiba di solusi masalah. Keputusan kebijakan akan mempengaruhi keputusan operasional masa depan dan keputusan operasional akan mendukung, mendefinisikan, memodifikasi, merevisi, atau mengidentifikasi kemungkinan perubahan yang diperlukan dalam pernyataan kebijakan saat ini.

B.Nilai Pengambilan Keputusan yang Sistematis


Mengembangkan kurikulum yang efektif bukan tugas yang mudah, tapi merupakan satu set tugas yang harus sistematis direncanakan, dilaksanakan dan dianalisis. Perencanaan efektif akan menghasilkan kurikulum berkualitas  untuk pengembangan siswa. Lulusan akan mudah mendapatkan pekerjaan maupun kegiatan lain untuk menunjang hidup mereka. Perencanaan yang efektif dapat meningkatkan kesempatan memadai bagi beroperasinya pendidikan kejuruan. Perencanaan secara sistematis memungkinkan pendidik kejuruan untuk lebih bersaing dengan orang lain  yang mencari keuntungan pendidikan.

C.Pengaruh Filsafat pada Pengambilan Keputusan

Sebuah organisasi pendidikan keutusan tidak hanya dididasarkan pada aspek ekonomi saja, tetapi harus memperhatikan aspek filosofi yang dimiliki mereka yang terkait dengan proses pendidikan. Filsafat yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yaitu filsafat pengambil keputusan maupun filsafat Negara. Filsafat merupakan rujukan dasar dalam pengambilan keputusan terhadap materi yang berhubungan dengan kehidupan manusia, (Efendi. M, 2009). Sementara itu menurut Katz dan Kahn, (1966) dalam Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), ada 4 (empat) faktor pisikologikal yang mempengaruhi keputusan terkait pada aspek personal pembuat keputusan.
1.Orientasi mereka untuk kekuasaan versus orientasi ideologis mereka.
2.Emosionalitas mereka versus obyektivitas mereka.
3.Kreativitas mereka versus akal sehat mereka coaventional.
4.Orientasi aksi mereka dibandingkan kualitas kontemplatif mereka.

D.Strategi Pengambilan Keputusan
Menurut Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), ada tiga strategi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, yaitu MBO, decision tree, PERT, dan problem solving.
1.Management by Objectives (MBO)
Pendekatan MBO untuk pengambilan keputusan telah digunakan oleh organisasi pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Secara singkat, proses MBO dalam pendidikan dapat digambarkan sebagai proses di mana administrator dan
guru bersama-sama mengidentifikasi tujuan-tujuan umum organisasi dan mendefinisikan setiap peran dalam membantu orang untuk memenuhi tujuan tersebut. Selanjutnya, tujuan tersebut berfungsi untuk mengukur kemajuan setiap individu dalam menyelesaikan tanggung jawabnya dan kemajuan organisasi dalam memenuhi tujuan.
Jantung dari pendekatan MBO adalah tujuan, tujuan ini harus hati-hati diturunkan. Unsur kunci dari tujuan ini adalah bahwa persentase, rasio, angka, rata-rata, dan mutlak lainnya yang ditentukan sehingga semua yang terkait tahu persis apa standar yang harus dipenuhi. Lima langkah-langkah berurutan diikuti dalam mengembangkan tujuan: a) Menemukan tujuan, b) mengatur tujuan, c) validasi tujuan, d) implemetasi  tujuan, dan e) pengendalian dan pelaporan status tujuan.
2.Decision Tree (Pohon Keputusan)
Meskipun pohon keputusan pada dasarnya dirancang untuk penggunaan bisnis eksekutif, pendekatan ini memiliki nilai penting bagi pendidik dan harus diuji oleh siapapun yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan kurikuler. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa, pada waktu yang berbeda dalam kehidupan pada keputusan organisasi, poin kunci keputusan dicapai dan pengambil keputusan dengan nyata  dapat mengilustrasikan ini dalam bentuk cabang-cabang pohon.
Pohon keputusan dapat membantu manajemen dalam mengklarifikasi
pilihan, resiko, tujuan, keuntungan moneter, dan kebutuhan informasi yang terlibat dalam masalah investasi, (Magee, (1964), dalam Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979). Pendekatan pohon keputusan  tidak memberikan jawaban yang pasti untuk para pengambil keputusan tetapi dapat membantu untuk memperjelas alternatif yang tersedia di berbagai poin keputusan penting.
3.Program Evaluation and Technique (PERT)
PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur program misil. Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan.
Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut juga sebagai pekerjaan pararel (pararel task atau concurrent task). Dari sebuah diagram PERT dapat digunakan untuk mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai prioritas utama (critical path), penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
  • Keputusan dibuat untuk mempelajari kelayakan mendirikan program.
  • Standar untuk program didirikan.
  • Data sekolah terkait diidentifikasi.
  • Komunitas data terkait diidentifikasi.
  • Angka pendaftaran calon ditentukan.
  • Tersedia Berkualitas instruktur.
  • Fasilitas saat ini dinilai.
  • Dukungan anggaran saat ini dan masa depan.
  • Peluang dan proyeksi kesempatan kerja ditentukan.
  • Analisis data terkait sekolah.
  • Analisis data terkait masyarakat.
  • Analisis data komposit dan proposal akhir disiapkan.
  • Laporan ditinjau oleh penasehat dewan pendidikan kejuruan.
  • Proposal disetujui oleh sutradara kejuruan dan administrasi sekolah.
  • Proposal disampaikan ke sekolah papan.
  • Dewan sekolah membuat keputusan akhir.
4.Problem Solving (pemecahan masalah)
Pendekatan lain untuk pengambilan keputusan yaitu dengan pendekatan problem solving. Pada kenyataannya, terlepas dari mana pengambilan keputusan oleh sebuah organisasi dapat digunakan pendekatan problem solving atau pemecahan masalah. Mengidentifikasi masing-masing pendekatan kunci titik di mana masalah harus diselesaikan. Perbedaan dasar cara di mana masalah didekati dan tingkat mana prosedur diformulasikan.Pendekatan yang umum digunakan saat menggunakan pemecahan masalah terdiri dari:
  • Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
  • Menganalisis masalah.
  • Sesampainya di solusi alternatif yang tepat.
  • Menjelaskan konsekuensi solusi alternativ tersebut.
  • Memilih solusi alternatif terbaik untuk masalah ini, dan
  • Menganalisis konsekuensi aktual yang timbul dari keputusan tersebut.
E.Menetapkan Standar Pengambilan Keputusan

Kekuatan yang memiliki dampak besar pada jenis standar dianjurkan terdiri dari guru atau perwakilan usaha atau industri yang berhubungan dengan okupasi wilayah kejuruan di bawah pertimbangan. Individu yang mungkin dianggap peran kunci dalam pembentukan standar termasuk guru-guru kejuruan, siswa, majikan, karyawan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan daerah kejuruan dalam diskusi kejuruan direksi dan pengawas dan perencana kurikulum. Dalam beberapa kasus, standar tertentu dapat dikembangkan secara nasional dan diterapkan untuk semua negara bagian dan program lokal.
Meskipun jumlah standar mungkin berbeda dengan yang berbeda program kejuruan, ada beberapa standar umum yang harus ditetapkan terlepas dari daerah kejuruan    adalah:  1) pendaftaran calon, 2) ketersediaan instruktur berkualifikasi, 3) fasilitas yang tersedia, 4) perlengkapan  tersedia, 5) pendanaan yang tersedia,      6) kesempatan kerja, 7) program kejuruan lain serupa yang tersedia, 8) apakah program-program kejuruan mendukung tujuan dan filosofi sekolah, 9) apakah pengiriman program menjunjung tinggi petunjuk yang ditetapkan dan 10) peluang untuk program kerjasama pendidikan kejuruan.

F.Mengidentifikasi Jenis Data yang akan Dikumpulkan 
Setelah standar telah didirikan, maka dapat diidentifikasi berbagai jenis data yang diperlukan untuk membantu pengambil keputusan. Setelah standar ditetapkan, pengumpulan data sekarang mungkin dimulai. Ada dua bidang utama dari data yang akan dibutuhkan. Yang pertama mungkin disebut sebagai data sekolah terkait dan kedua data masyarakat terkait.
  1. Data terkait sekolah : fasilitas, tren pendaftaran dan dana yang tersedia.
  2. Data terkait masyarakat : wilayah geografis, tren penduduk, tenaga kerja permintaan pasar, pusat pelatihan.

G.Membuat Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum
 
Dari sudut pandang perencanaan kurikulum, proses pengambilan keputusan dapat dipandang terdiri dari beberapa tahap, masing-masing yang dibangun di atas yang lain dan semakin melibatkan spesialis kurikulum pengumpulan data dan pengambilan keputusan kegiatan.
1.Mendefinisikan masalah dan menjelaskan alternatif.
2.Menetapkan standar untuk setiap alternatif.
3.Mengumpulkan data terkait sekolah & komunitas yang sejalan dengan standar.
4.Menganalisis data.
5.Memutuskan alternatif mana yang didukung oleh data.

III.KESIMPULAN
  1. Membuat keputusan dalam perencanaan kurikulum harus melihat berbagai masalah yang timbul dalam pendidikan. Masalah-masalah ini secara langsung atau tidak langsung akan berimbas pada kurikulum.
  2. Pengembalian keputusan yang sistematis akan menghasilkan perencanaan yang efektif, dimana efektifitas ini sangat mendukung beroperasinya pendidikan kejuruan yang memadai.
  3. Pengambilan keputusan dalam perencanaan kurikum dipengaruhi oleh filsafat dan faktor sosiopsikologi personal pengambil keputusan.
  4. Ada 4 (empat) starategi dalam pengamilan keputusan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaaan kurikulum yaitu MBO, pohon keputusan, PERT dan problem solving.
  5. Penentuan standar dalam pengambilan keputusan perlu melibatkan berbagai unsur seperti guru terutama guru produktif, dunia usaha dan dunia industri, siswa, najikan, karyawan, pengawas dan perencana kurikulum.
  6. Membuat keputusan dalam perencanaan kurikulum diawali dengan pengumpulan data sekolah dan masyarakat dengan memperhatikan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Planning, Content and Implemetation.         Edisi ke 2. Library of Cingress in Publication data.
Efendi, M. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran : Pengantar ke Aarah Pemahaman KBK, KTSP dan SBI. Edisi ke 1. Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar: